Dange, Perpaduan Adat, Budaya dan Agama pada Suku Dayak Kayaan
Misa Dange Inkulturasi di Gereja Katolik Paroki Santo Antonius Padua Mendalam. |
"Kalau kita lihat tadi yang tampil ini orang-orang tua semua, dimana keterlibatan anak muda agak kurang. Kedepannya para orang tua kita ini diharapkan mau berbagi pengalaman dengan memberikan ilmunya kepada para anak muda, supaya adat dan budaya kita tidak tergerus oleh zaman dan tidak tertinggal oleh zaman, jangan sampai punah, jangan sampai musnah, karena inilah yang paling berharga, yaitu warisan para nenek moyang kita, leluhur kita,” kata Bupati.
Bupati Kapuas Hulu, Fransiskus Diaan, saat memberikan kata sambutan dalam acara Misa Dange Inkulturasi di Gereja Katolik Paroki Santo Antonius Padua Mendalam. |
"Kapuas Hulu ini sungguh luar biasa, dimana beragam adat dan budayanya, demikian pula dengan suku Dayak itu sendiri terdapat 22 sub suku, baik itu sub suku yang besar maupun sub suku yang kecil, salah satunya sub suku Dayak Kayaan," tuturnya.
Bupati menilai, adat Dange yang dikolaborasikan dengan misa, salah satu yang menarik dan unik, serta yang langka. Sebab kata dia, tidak semua daerah bisa melaksanakan ritual tersebut.
“Kita bersyukur bagaimana para orang tua kita dulu, pada zaman Pastor Ding, yang merupakan Pastor pertama orang Kayaan, bagaimana dia berpikir ke depan untuk mengkolaborasikan adat dan budaya kita di dalam suatu misa sehingga perlu terus kita lestarikan dan kita pertahankan,” terangnya.
Selaku suku Dayak Kayaan, Bupati sangat bangga dengan kegiatan Dange tersebut, dimana bisa memadukan antara adat budaya Dayak Kayaan dengan suatu misa,
"Memadukan adat budaya Dayak Kayaan dengan mempersembahkannya dalam suatu misa tentunya kita sangat berterimakasih kepada orang tua kita dulu, sebab bagaimana dia memikirkan dan merumuskan sehingga kegiatan seperti ini bisa kita lihat dan saksikan sampai saat ini, demikian pula dengan misa dalam bahasa Dayak Kayaan, saya sebagai seorang Dayak Kayaan sangat bangga," jelas Bupati.
Bupati menyatakan, bahwa dirinya sudah keliling Kalimantan Barat, namun mungkin Misa Dange Inkulturasi tersebut, salah satu yang bisa membawa misa dalam bahasa daerah di gereja.
"Untuk saat ini sudah ada juga daerah-daerah lain yang memulai, namun setahu saya yang pertama adalah dari suku Dayak Kayaan,” ulasnya.
Dijelaskannya lebih lanjut, inti dari Dange tersebut, adalah bagaimana wujud syukur kepada Tuhan, dalam mensyukuri atas hasil kerja selama satu tahun, baik hasil dari bertani, berkebun maupun hasil pekerjaan lainnya.
“Kita berdoa pada hari ini, memohon kepada Tuhan agar pekerjaan kita, segala upaya kita dan usaha kita ke depan diberkati oleh Tuhan yang maha kuasa," ujar Bupati Fransiskus Diaan. (Noto)
Tidak ada komentar